Oleh: Adi Maulana Ibrahim
Sepekan sudah saya hanya berdiam diri di kamar, tidak melakukan apa-apa. Bangun tidur, sedikit makan, lalu tidur lagi, begitu rutinitas saya selama tujuh hari. Saya yang terbiasa bertemu sinar matahari dan angin jalanan saat bekerja sebagai jurnalis di lapangan, kini hanya bertemu cahaya lampu remang-remang dan angin yang bersumber dari kipas kecil dalam kamar. Berjemur dan berolahraga hanya selalu menjadi niat baik.
Ingin makan yang banyak, tapi rasanya hambar, selera pun jadi tak ada. Begitu pun dengan penciuman. Kedua indera tersebut sepekan terakhir entah sedang bertandang kemana, mereka tidak ada di diri saya.
Di ujung lorong kos-kosan, kamar saya tinggal, malam itu rasanya nano-nano. Ponsel bergetar dengan pesan berisi hasil swab PCR. Saya terinfeksi virus corona, menjadi 1 dari 1 juta pasien COVID-19 di Indonesia.
“Apa yang harus saya lakukan?”
Itu adalah hal pertama yang terlintas di pikiran. Panik tentu saja menghampiri. Rasanya masih kaget, sedih, dan seperti tidak percaya. Berbagai hal buruk terlintas di kepala, membuat pikiran tak karuan berhari-hari.
Rencana pulang ke rumah di penghujung bulan pun terpaksa dibatalkan. Padahal perasaan rindu kepada keluarga sudah menumpuk. Menghadapi kondisi ini dan terpisah jauh dari keluarga membuat saya semakin bingung. Ingin rasanya di titik ini berbagi pikiran dan perasaan secara langsung sambil memeluk erat mereka. Tapi dengan berdiam diri di kamar kos ini dan jauh dari keluarga adalah bukti kasih saya untuk mereka.
Setiap teringat keluarga yang menantikan kepulangan saya dengan kondisi sehat, saya tersadar dalam kondisi ini saya harus tetap senang dan tenang. Saya yakin akan menang melawan virus ini dan kembali bertemu keluarga serta bekerja ke lapangan. Selama melakukan isolasi mandiri, begitu banyak teman yang mengirim pesan sekadar bertanya kabar, bahkan mengirim makanan dan obat-obatan. Haru selalu menghampiri setiap hari, rupanya Tuhan teramat baik. Ia mengirimkan malaikat-malaikat tak bersayap di hari yang berat ini.
Terima kasih banyak sudah membuat momen ini lebih mudah dilalui. Untuk segala bantuan dan rasa peduli yang tak terkira, terima kasih banyak.
Foto dan teks :
Adi Maulana Ibrahim @adiwibrahim
(Pewarta Foto)