Tiba-tiba, perasaan rindu tinggal di New York muncul. Perasaan itu datang beberapa hari lalu, saat saya berusaha keluar dari kemacetan Jakarta, yang membuat saya hampir tiga jam berada di belakang kemudi.
Saya langsung teringat kereta “NYC Subways”, moda transportasi umum andalan kawasan Manhattan dan sekitarnya. Selain karena sistemnya yang baik dan terintegrasi, saya kangen akan kebiasaan memotret di dalam gerbong maupun di area stasiun.
Hampir sebulan lebih saya kembali ke Indonesia. Sebelumnya sekitar satu setengah tahun, saya dan keluarga mendapat kesempatan tinggal di kota tersibuk dunia, New York City. Dan memang, pada jam sibuk, kota ini nyaris seperti lautan manusia.
Sebagai kota global, beragam orang dari berbagai macam ras dan budaya di seluruh dunia mudah ditemukan di New York. Seringkali saya bertemu karakter-karakter yang saya anggap unik di kota ini. Warga lokal pun memang terkenal sangat ekspresif. Bagaikan pencuri, diam-diam mereka kerap saya abadikan menggunakan ponsel butut saya.
Karena candid, dan seringnya spontan, serta sembunyi-sembunyi, imaji yang dihasilkan, biasanya jauh dari kriteria foto baik. Tapi saya senang dengan aksi “membuang kebosanan” di kereta tersebut. Hitung-hitung menambah kepekaan terhadap sekitar, hal-hal yang jarang bisa saya lakukan ketika sudah pulang ke Jakarta.
Hari sudah gelap ketika saya tiba di tempat tujuan. Perasaan rindu dan sebal yang bercampur selama perjalanan, berganti dengan rasa senang setelah bertemu dengan keluarga yang menunggu kedatangan. Sambil senyum saya berkata dalam hati… “welcome back”. (Teks dan foto-foto: Ridhwan E. Siregar)