Sejak 1955, World Press Photo Contest telah menjadi saksi bisu perjalanan waktu dan kekuatan cerita yang tertuang dalam setiap jepretan lensa para fotografer. Ajang bergengsi tingkat dunia ini tak hanya mengukir sejarah fotografi jurnalistik dan dokumentasi, melainkan juga menyuarakan kisah-kisah mendalam yang melampaui batasan geografis dan budaya. Di edisi ke-68 kontes ini, karya-karya yang dianugerahi penghargaan terpilih dari 59.320 entri, dikirimkan oleh 3.778 fotografer dari 141 negara, merupakan bukti nyata dedikasi dan kepekaan artistik yang menghidupkan narasi global.

Pada World Press Photo Contest 2025, para juri telah mengumpulkan dan menyusun potret-potret yang tak hanya merekam realitas keras, tetapi juga mengajak para pemirsa untuk menyelami kisah-kisah di balik siklus berita harian. Foto-foto yang terekam sepanjang tahun 2024 ini mengabadikan lanskap politik dan dinamika sosial yang terus berubah dengan cepat, mengajak kita untuk melangkah keluar dari arus berita biasa dan merenungi momen-momen yang menggetarkan jiwa. Dalam setiap karya, tampak jelas keunggulan visual yang berpadu dengan dedikasi terhadap akurasi, memberikan ruang bagi refleksi mendalam terhadap peristiwa-peristiwa mendesak yang tengah mengguncang dunia.

Model kontes regional yang diperkenalkan sejak 2021 memberikan warna tersendiri pada ajang ini, dengan memberikan penghargaan kepada cerita dan pencerita yang berasal dari tanah air mereka sendiri. Tak heran, dari keseluruhan pemenang, sebanyak 20 di antaranya berasal dari negara tempat cerita mereka berakar. Pada tahun ini, 42 fotografer berbakat dari 30 negara, mulai dari Bangladesh, Belarusia, Brasil, Kanada, Kolombia, Republik Demokratik Kongo, El Salvador, Prancis, Jerman, Haiti, Indonesia, Iran, Italia, Meksiko, Myanmar, Belanda, Nigeria, Palestina, Peru, Filipina, Portugal, Rusia, Korea Selatan, Spanyol, Sudan, Thailand, Turki, Inggris, Amerika Serikat, hingga Venezuela, turut mengukir prestasi mereka. Pengumuman resmi para pemenang disiarkan pada 27 Maret 2025 pukul 11.00 CET (17.00 WIB) menjadi momentum puncak bagi para seniman visual untuk mengharumkan nama mereka di kancah internasional.

Tema-tema yang diangkat tahun ini begitu beragam, mencakup ranah politik, gender, migrasi, konflik, hingga krisis iklim. Dari gambar-gambar protes dan pemberontakan yang menggelegar di jalanan Kenya, Myanmar, Haiti, El Salvador, dan Georgia, hingga potret-potret yang tak terduga dari para figur kekuasaan di Amerika Serikat dan Jerman, setiap foto mengisahkan realita yang kompleks dan sarat makna. Kisah dunia juga ditampilkan melalui lensa yang menyentuh berbagai lapisan masyarakat; terlihat jelas dalam potret seorang remaja transgender di Belanda, seorang anak Palestina yang harus menjalani hidup baru setelah amputasi di Gaza, seorang gadis Ukraina yang terpukul trauma oleh perang, dan seorang pemuda yang tengah merenung pada hari pernikahannya di Sudan, hingga kisah Tamale Safale atlet penyandang disabilitas pertama di Uganda yang berkompetisi dengan atlet berbadan sehat menjadi simbol semangat dan keberanian.

Selain konflik dan politik, interaksi antara manusia dan alam juga mendapatkan sorotan istimewa. Hubungan rumit antara manusia dengan hewan terungkap melalui potret gajah di Zambia dan monyet di Thailand, yang mengisahkan dinamika yang penuh ironi antara keakraban dan konflik. Di sisi lain, dampak krisis iklim ditampilkan secara mendalam dalam karya-karya dari Peru, Brasil, hingga Filipina, mengingatkan kita akan peringatan alam yang terus bergemuruh. Tak ketinggalan, perayaan Pride yang digelar secara rahasia di Lagos, Nigeria, mengungkapkan keberanian komunitas LGBTQI+ yang berjuang menghadapi tantangan hukum dan sosial demi hak mereka.

Di antara deretan kisah global, tanah air kita juga kembali bersinar. Fotografer Indonesia, Mas Agung Wilis Yudha Baskoro, kembali mencuri perhatian dalam kategori single pada wilayah Asia-Pacific and Oceania. Dalam proyek untuk China Global South Project, Yudha mengabadikan dampak penambangan nikel di Pulau Halmahera dengan kepekaan luar biasa. Dalam kondisi hujan lebat yang berlangsung selama dua hari, ia berhasil menangkap momen perjalanan para pekerja menuju pabrik peleburan dan pengolahan nikel di Weda, Halmahera, pada 12 Agustus 2024. Karya ini bukan hanya sebuah dokumentasi visual, melainkan juga cerminan dari realitas industri pertambangan yang semakin meningkat di Indonesia. Teluk Weda kini menyumbang 17% dari produksi global logam penting untuk baterai kendaraan listrik dan penyimpanan energi terbarukan, namun di balik itu tersimpan dampak lingkungan yang signifikan: penggundulan hutan yang menyebabkan banjir berkepanjangan dan peningkatan polusi udara, yang tercatat dalam lonjakan 25 kali lipat penyakit pernapasan di wilayah setempat antara tahun 2020 dan 2023.

Dengan jumlah pemenang yang meningkat dari 33 pada tahun 2024 menjadi 42 fotografer tahun ini, World Press Photo Contest 2025 membuka babak baru dalam sejarah penghargaan fotografi. Mulai tahun ini, masing-masing wilayah akan memiliki tiga pemenang di kategori Single dan Story, ditambah satu pemenang Proyek Jangka Panjang, memperkaya keberagaman narasi global melalui lebih banyak sudut pandang lokal yang autentik.

Setiap jepretan yang terpilih bukan sekadar gambar, melainkan potret kehidupan, harapan, dan perjuangan dengan keindahan visualnya yang memukau, mengajak kita untuk merenungi realitas dunia yang penuh warna, tantangan, dan keajaiban. Untuk mengetahui siapa saja peraih penghargaan World Press Photo Contest dan peraih Photo of the Year, simak selengkapnya di www.worldpressphoto.org.
