“Ente pengen jadi wartawan foto? Kuncinya curiosity.. rasa pengen tahu”
Itulah sepenggal pesan dari bang Ed “Mat Kodak” Zoelverdi kepada saya saat bertemu pada medio 2005, sebelum saya memulai karir saya sebagai pewarta foto profesional di Indonesia. Seorang wartawan berangkat dari rasa ingin tau. Rasa ingin tau membuat seorang pewarta foto rela menempuh perjalanan ribuan kilo dan melewati berbagai rintangan untuk mendapatkan cerita yang kemudian di tayangkannya melalui medium foto.
Kala lain saat bertemu, beliau juga mengajukan pertanyaan, “ente ga pengen di pandang jadi warga kelas 2 di redaksi, tapi ente siap ga jadi warga kelas 1?”.
Sikap yang lugas tegas, prinsip yang mantap dan sikap elegan bang Ed yang tidak pernah lepas dari pipa rokoknya menjadikan sosoknya meninggalkan kesan tersendiri bagi semua figur yang pernah mengenalnya.
Lahir di Aceh, tanggal 12 Maret 1943, Ed Zoelverdi memulai kariernya dalam dunia jurnalistik dengan bergabung dengan harian KAMI pada era 1960-an. Hasrat pada komunikasi visual di mulainya dengan design grafis dan belajar melukis pada Nashar dan Oesman Effendi di Balai Budaya Jakarta sebelum akhirnya memegang kamera dan belajar fotografi secara otodidak.
Pada tahun 1971, bang Ed bergabung di majalah berita mingguan Tempo dan meletakkan dasar-dasar tradisi foto jurnalistik di majalah yang sempat mengalami pembredelan pada tahun 1994. Tahun 1995 bang Ed bergabung di majalah mingguan Gatra dengan posisi sebagai staf editor hingga periode tahun 2000-an. Selepas berkarier di media, bang Ed kemudian mencurahkan hasrat jurnalistiknya dengan mengajar di sejumlah Universitas nasional.
Sosoknya yang tinggi flamboyan, selalu tampil dengan safari gelap, kacamata dan rambut klimis menjadikan sosok bang Ed sebagai figur yang melekat di mata mahasiswa yang sempat mengenalnya di kelas. Jurnalistik adalah dunia yang menjawab rasa ingin tahu. Berani bertanya, pintar berpikir dan tekun mencari adalah kunci dalam menyajikan materi jurnalistik bermutu.
Beliau membuktikan dengan kiprahnya di dunia jurnalistik bahwa seorang pewarta foto bukanlah sekedar tukang foto. Seorang pewarta foto merupakan penyampai pesan cerita kehidupan dan menyajikannya melalui sebuah atau serangkaian foto bercerita. Buku karya beliau “Mat Kodak, Melihat Untuk Sejuta Mata” (Grafitipers, 1985) menjadi salah satu buku wajib bagi semua insan yang tertarik untuk berkiprah di dunia foto jurnalistik Indonesia hingga kini.
Kepergiannya pada Rabu dini hari, 4 Januari 2012, akibat kanker paru-paru terasa sangat mengejutkan. Dunia jurnalistik Indonesia, khususnya dunia foto jurnalistik kini kehilangan salah satu guru dan pemberi inspirasi. Gaya bang Ed yang keras dalam memberikan kritik foto selama ini menjadi salah satu cemeti utama dalam memajukan dunia foto jurnalistik di Indonesia.
Selamat jalan bang Ed Zoelverdi.
(Jerry Adiguna / Ketua Pewarta Foto Indonesia)
Mat Kodak. Julian Sihombing maestro dan legendaris photojournalist Indonesia
https://picasaweb.google.com/edzoelverdi
innalillahi. pdhl saya ingin sekali suatu waktu bertemu dengan beliau. akhirnya tidak kesampaian 🙁
Di cari yuk materinya. Harta warisan buat anak negeri tuh.
Ketika besuuk ke RS Persahabatan kira kira sebulan lalu bersama Oscar Motuloh, Hermanus Prihatna, Doddy Gurning, Bang Ed kelihatan gelisah. Dengan susah payah ia mengungkapkan ingin menerbitkan seri bukunya Mat Kodak. Katanya ia punya 4 seri buku ini.
Mas Bea, pengalaman pribadi anda kalo ditulis sepertinya menarik juga Mas…. thanks
betul mas Bea, tulisan Jerry cuman memancing aja, kalo ada yg bisa nambahin bagus nih 🙂