Syamsudin Ilyas, seorang pewarta foto yang juga anak pesisir, dibantu oleh beberapa temannya mendirikan Kelas Jurnalis Cilik di pesisir teluk Jakarta. Lewat kelas kecil yang memanfaatkan ruang publik ini, Ilyas menularkan aura positif bagi anak-anak usia sekolah dasar di pinggiran garis pantai Cilincing. Pengetahuan dasar-dasar jurnalistik dan fotografi menjadi jalan untuk memberikan kegiatan yang bermanfaat bagi anak-anak. Dengan alat sederhana, anak didik Kelas Jurnalis Cilik belajar merekam keseharian di sekitar rumah mereka, kemudian dengan gaya mereka sendiri merangkainya menjadi cerita yang menarik. Sebagian karya tersebut sudah ditampilkan lewat pameran dan buku foto berjudul ‘My World My Eyes’.
Berikut ini adalah beberapa karya anak didik Kelas Jurnalis Cilik dan pengantar yang ditulis oleh Syamsudin Ilyas:
MENYABUNG MIMPI ANAK-ANAK PESISIR
‘Ada yang hilang jika menginjakkan langkah di garis pesisir Jakarta .’ Itu kataku sebagai orang pesisir yang terlahir di Utara Teluk Jakarta. Atas nama perubahan, peradababan pesisir di Ibu Kota tinggal menyusuri kenangan. ‘Pandanglah laut pijaklah pantai sebagai pemersatu Nusantara’. Sepenggal kalimat apik dari Negara Kertagama jauh sebelum Nusantara bersatu, menyadarkan bahwa kehidupan laut dan pantai menjadi pemersatu, sebagai tempat berinterakrasi berbagai bangsa di dunia.
Mungkin ini hanya ungkapan rasa takjub kepada tanah kelahiranku yang telah banyak mengalami perubahan. Tersadar, rantai anak-anak pesisir telah terputus akibat pesatnya arus teknologi, ruang interaksipun semakin terkikis. Anak-anak pesisir tak dapat lagi bermain bebas.
Aku tak ahli dalam berpolitik, juga tak ahli dalam riuh anarki saling menumpahkan sumpah memaki. Ku asah ketajaman pena dan rana, laksana pelukis dengan kedipan cahaya, menjadi penyaksi perubahan sejarah peradaban Ibu Kota. Aku mengetuk anak-anak menyabung mimpinya, mengasah imajinasi mambangun narasi. Melalui mata lensa Ia akan menceritakan resahnya. Hanya ini yang bisa kulakukan, meski dalam diam kuberharap tak ada lagi kesewenangan. Kelas pesisir menjadi tantangan untuk menyambung kembali garis yang terputus.
Biarlah kelas kecil ini menjadi napak tilas generasi pesisir di kemudian hari, sebagai cerminan untuk mengembalikan fungsi pesisir seperti peradaban masa lalunya, sebagai tempat bermain dan berinteraksi. Jika tak mampu merubahnya, minimal mereka mengenali tanah kelahirannya sebagai peradaban masa lalu yang pernah ada. Demikianlah, visual yang tersaji bagian dari kisah anak-anak pesisir yang jernih dalam menatap perubahan kampung halamannya.
Syamsudin Ilyas
(Pewarta foto)
Tulisan yang menarik dan saya sangat senang.