karya: Arum Dayu
Sebuah rangkaian foto karya Arum Dayu yang menampilkan sang seniman yaitu Arum sendiri berpose dengan model laki-laki dalam balutan pakaian formal pengantin Jawa.
Di Indonesia, menjadi seorang istri dan seorang ibu umumnya masih diyakini sebagai peran utama seorang wanita dan dianggap sebagai cara terbaik untuk mencapai ‘kebahagiaan’. Ide proyek fotografi ini diangkat dari tekanan yang dialami Arum secara pribadi sebagai wanita Jawa yang belum menikah baik dari orang tua maupun masyarakatnya.
Sebuah cara yang cukup unik yang diambil Arum untuk berkomunikasi dengan keluarganya dan menyampaikan buah pikirnya bahwa pernikahan tidak boleh menjadi tujuan akhir seorang wanita. Terlepas dari hierarki kekeluargaan dalam budaya Jawa, rangkaian foto ini membuka peluang bagi Arum untuk berdiskusi dengan orang tuanya sekaligus membantu mendekatkan mereka. Rekaman audio yang mengiringi rangkaian karya fotonya adalah rekaman percakapan informal antara Arum dan orang tuanya tentang konsep pernikahan, sudut pandang dan harapan satu sama lain.
Arum Dayu
Perempuan kelahiran Solo ini memulai karir kreatifnya sebagai fotojurnalis Kompas. Lulusan Komunikasi di Universitas Sebelas Maret (2002-2007) dan kemudian meraih gelar Diploma dari Ateneo de Manila University tahun 2012. Ia menginisiasi sebuah ruang belajar, bernama “Kami Punya Cerita” di Tobucil and Klabs, Bandung, dan kini mengelola Omnispace, sebuah ruang alternatif di kota yang sama. Bersama Meicy Sitorus, ia juga berkarya di bidang musik dengan membentuk grup bernama Tetangga Pak Gesang.
Arum telah mengikuti banyak pameran seni, baik nasional maupun internasional, di antaranya yang penting #Perempuan, Space 28 VCA Melbourne, Pekan Seni Media Palu 2018, Jauh Dekat 2015: Kumpul Seni, Film, Musik dan Makan (bagian dari Kaleidoskop Project, kurator: Syafiatudina, 2015); dan Identity Crisis: Reflection on Public and Private Life in Contemporary Javanese Photography (2017) di Johnson Museum of Art, Cornell University, New York. Ia juga mengikuti sejumlah residensi, antara lain Village Video Festival (Jatiwangi Art Factory), Majalengka dan Cemeti – Institute for Art and Society, Yogyakarta.