Dua elemen utama dalam genre fotografi olahraga adalah emosi dan gerakan. Dan bila meminjam kredo yang diusulkan oleh Baron Pierre de Coubertin sebagai bapak olimpiade modern ‘bahwa dalam olahraga yang terpenting adalah bukan sebuah kemenangan melainkan partisipasinya, bukan menaklukkan melainkan bertanding dengan baik’. Hal tersebut yang sangat mengilhami seorang Tjandra M Amin dalam berkarya. Sebagai mantan seorang atlet taekwondo, Tjandra tentunya sangat paham filosofis tersebut. Dan filosofi tersebut bak darah yang mengalir dalam tubuhnya.
Bagus mungkin adalah pilihan kata yang terlalu standar sebagai ungkapan ketika melihat foto-foto yang disajikan dalam buku The Colour of Sport milik Tjandra M Amin. Bagi saya inovatif dan kreatif adalah pilihan kata yang tepat ketika membuka buku ini. Di tengah pemahaman yang masih terbatas di banyak kalangan pelaku dan penikmat foto olahraga, Tjandra M Amin berusaha bergerak selangkah lebih maju. Kekuatan seorang Tjandra dalam foto olahraga adalah dia selalu membuka dirinya terhadap referensi dari jenis genre foto lainnya. Mulai dari fashion, street, human interest, stage hingga teknik pencahayaan seperti penggunaan flash off camera dan continous lighting pun ia pelajari dengan seksama. Semuanya dia lakukan agar ia mampu memberi ‘warna’ berbeda pada tiap karyanya.
Bagi saya adalah sebuah kehormatan luar biasa bisa mengenal Tjandra M Amin secara pribadi baik sebagai sahabat maupun rekan kerja. Sejak 2003 mulai berkarya di Tabloid BOLA, Tjandra M Amin adalah panutan dan rekan bertukar pikiran dalam menjalani proses menjadi seorang pewarta foto olahraga. Tjandra M Amin sangat mencintai cabang olahraga olimpik begitu sebutannya untuk jenis cabang olahraga yang dipertandingkan di olimpiade. Buat dirinya pada cabang olahraga olimpik, dia bisa berkreasi semaksimal mungkin dan memperoleh foto yang mungkin terkadang dia tidak prediksi sebelumnya. Perbincangan hangat antara saya dengan dia biasanya terjadi ketika mulai membahas fotografi olahraga pada cabang sepakbola. Tanpa berusaha mengecilkan makna dari olahraga terpopuler di muka bumi tersebut tapi menurutnya kebebasan berkreasi dan keindahan visual dari sebuah momen olahraga cabang olimpik jauh lebih dahsyat.
Di tulisan ini akan saya sisipkan sebuah foto lama karya Tjandra M Amin di Tabloid BOLA pada tahun 1996 yang menurut saya sangat bersejarah. Foto yang menjadi Headline BOLA saat itu adalah foto saat Widodo C Putro striker timnas Indonesia melakukan tendangan akrobatik salto yang menjadi sebuah gol ke gawang Kuwait pada Piala Asia 1996. Tjandra M Amin yang pada saat itu ditugaskan untuk meliput Piala Asia 1996 dengan sigap berhasil mengabadikan momen tersebut. Gol itu sendiri menjadi gol bersejarah karena menjadi gol terbaik Asia tahun 1996. Dan menurut saya, di situlah seorang Tjandra M Amin berhasil membuktikkan dirinya berhasil menjalankan fungsinya sebagai saksi sejarah sekaligus pewarta foto olah raga.
Dinamika adalah sebuah kata yang sering diucapkan oleh Tjandra ketika kami berdua berdiskusi mengenai foto olahraga. Di buku The Colour of Sport terpampang dengan jelas bagaimana Tjandra berusaha menghadirkan emosi, gerakan dan dinamika dalam sebuah karya foto olahraganya. Itu pula salah satu alasannya kenapa dia akhirnya lebih memilih menekuni cabang olahraga olimpik seperti sepeda dan akuatik.
Neil Leifer, Simon Bruty dan Walter Iooss adalah fotografer yang memberi pengaruh pada dirinya dalam berkarya. Bila Neil Leifer sangat beruntung bisa memotret Muhammad Ali dengan pendekatan yang sangat personal, maka seorang Tjandra M Amin pun melakukannya pada seorang Chris John dan Risa Suseanty. Berkat kedekatannya dengan dua juara milik Indonesia tersebut, foto pada halaman 56 dan 80 memperlihatkan bagaimana kedekatan bisa menjadi sebuah pembeda dalam eksekusi sebuah foto olahraga.
Bagi penikmat dan pelaku fotografi olahraga, buku The Colour of Sport bisa dijadikan sebuah referensi untuk membuka cakrawala yang lebih luas. Jikalau anda berpikir dan ingin mencari foto olahraga yang freezing action dengan menggunakan speed tinggi maka buku ini tidak menawarkan hal yang ingin anda cari. Buku The Colour of Sport menawarkan hal yang lebih dari hal tersebut mengenai pemahaman olahraga seutuhnya. Kredo “olahraga yang terpenting adalah bukan sebuah kemenangan melainkan partisipasinya, bukan menaklukkan melainkan bertanding dengan baik.” Setiap nafas perjuangan atlet baik baik di dalama maupun di luar lapangan terekam dengan sangat baik oleh Tjandra. Buku The Colour of Sport bukan tentang euforia dalam olahraga yang kadang menjadi terlalu klise dan jamak untuk direkam melalui sebuh viewfinder kamera. Tapi ini tentang dinamika sebuah olahraga yang menjadi makna dan esensi sesungguhnya pada olahraga bila mengacu pada kredo olimpiade modern.
Ditulis oleh Peksi Cahyo, fotografer tabloid dan harian olahraga BOLA, yang mempunyai pengalaman dalam peliputan olah raga baik bersekala nasional maupun internasional.
Tjandra M Amin adalah fotografer sport paling lengkap saat ini. Foto kibasan handuk basah pada seorang petinju di atas adalah salah satu foto favorit pilihan ku. Foto ini melengkapi semuanya, sebuah momen kecil yg luar biasa dari pertandingan baku pukul yg keras. Tidak banyak yg memperhatikan momen ini, bisa jadi juga karena secara tehnik itu tidak mudah. Atau, tidak semua fotografer punya ketepatan dan kejelian seperti Tjandra. Tjandra bisa hebat karena dia berangkat untuk berbeda. Setelan otaknya berbeda setiap berangkat memotret. Buku ini luar biasa karena Tjandra, saya kira, tidak mau sama seperti fotografer sport lainnya. Dan itu sering dilontarkan ketika kita bertemu di lapangan. Satu hal yg saya sesali adalah olahraga di Indonesia tidak maju, sehingga fotografer sebagus TTjandra tidak punya tempat berkiprah secara maksimal. Buku ini adalah buku wajib buat semua fotografer.