Oleh: Peksi Cahyo
Pengalaman pertama
Selalu ada yang pertama untuk segala hal, termasuk menjadi bagian dari sembilan juri di Canon Photo Marathon Indonesia (CPMI) 2017 di Jakarta kali ini.
Tibalah hari yang dinanti tersebut, Sabtu, 04 November 2017, campur aduk antara rasa penasaran, ingin tahu dan juga excited menyatu begitu menginjakkan kaki di Baywalk Mall, Pluit tempat CPMI 2017. Dengan latar belakang sebagai jurnalis foto yang mendedikasikan diri di area olahraga selama 14 tahun, “teman” saya sebagai juri dengan latar belakang yang hampir mirip hanyalah Ed Wray. Ia adalah fotojurnalis sangat amat berpengalaman yang memutuskan menjadi freelancer di Indonesia setelah resign dari Kantor Berita Associated Press asal Amerika Serikat.
Ajang kompetisi foto terbesar di Asia
Nama Canon PhotoMarathon bagi mayoritas komunitas dan pehobi fotografi di Indonesia, bukanlah hal yang asing. Sebagai agenda rutin, Canon PhotoMarathon merupakan kompetisi fotografi yang terbesar di Asia.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Canon PhotoMarathon berlangsung pada beberapa negara di Asia. Dan untuk tahun 2017, Canon PhotoMarathon melebarkan sayapnya ke Hong Kong, Taiwan, Filipina, Singapura, Malaysia,
Indonesia, Vietnam, India, Brunei, Kamboja, RRC dan Sri Lanka. Secara keseluruhan, kompetisi ini terselenggara di 12 negara. Tahun ini adalah ajang ke-9 penyelenggaraan Canon Photo Marathon Indonesia. Selain Jakarta, CPMI 2017 akan menghampiri kota Yogyakarta pada pekan depan 12 November 2017.
Tiga tema sebagai tantangan
Hal yang menarik dari CPMI 2017 ini adalah peserta diberi tema yang mesti dijawab dengan kreativitas melalui medium visual fotografi. Ketiga tema yang menjadi tantangan kali ini adalah “Milenial, Lekukan dan Kejar Target.”
Hadiah utama berupa DSLR Camera Canon EOS 750D, Lensa EF-S 18-55mm dan Photo Clinic Trip ke Jepang diberikan pada fotografer dengan karya terbaik di kompetisi ini.
Canggihnya sistem penjurian
Sebagai newbie pada penjurian ajang kompetisi foto sebesar CPMI 2017 saya sangat terbantu dengan kehebatan panitia membangun sistem penjurian secara online. Ribuan foto yang masuk bisa segera dinilai dengan cepat oleh
saya dan 8 juri lainnya. Sistem online yang dibangun membuat para juri bisa melakukan penilaian
secara real-time setelah foto diunggah. Bahkan juri bisa dengan mudah mengkategorisasikan foto-foto yang layak dipromosikan menjadi finalis hingga terpilih sebagai pemenang.
Tanpa syarat
Ada hal yang ga lazim di kompetisi fotografi sebesar CPMI ini. Apa itu? Biasanya untuk lomba fotografi dengan merk atau brand masih ada ketentuan wajib bahwa foto yang dibuat mesti menggunakan kamera merk penyelenggara.
Ketentuan tersebut tidak berlaku di CPMI, ga heran bila banyak peserta pemilik merk A,B atau C tetap dirangkul dan diajak berkompetisi di CPMI 2017 ini. Apapun merk kameramu, tak perlu ragu untuk ikutan dan mendaftar tahun
depan ( bila tahun ini belum sempat ).
Asah kompetensi selain fotografi
Hingga sekarang, saya masih meyakini bahwa kreativitas milik semua orang tanpa ada batasan usia, kelamin hingga latar belakang sosial ekonomi. Fotografi bak sebuah wadah yang bisa menyatukan beragam latar belakang di atas.
Peserta yang terbagi menjadi 2 kategori yakni kategori pelajar dan kategori umum bergerak serentak untuk menjawab 3 tema yang menjadi tantangan tersebut.
Di sini saya melihat bahwa lomba CPMI 2017 ini tidak hanya mengasah skill fotografi peserta saja. Untuk menjadi juara, tidak cukup hanya sekedar kreatif, tapi juga mesti memiliki kemampuan konseptual berpikir visual. Belum lagi karena tiap tema dibatasi oleh waktu maka penting bagi peserta memiliki manajerial waktu dan stamina yang baik.
Kejelian Canon menggarap pasar di Indonesia
Indonesia adalah pasar fotografi yang luar biasa, dengan 200-an juta populasi penduduk, ekosistem fotografi mestinya bisa bertumbuh dengan pesat. Tak sekedar bertumbuh pesat tapi juga mesti tercipta iklim saling
menguntungkan. Bagi saya, apa yang dilakukan Canon Indonesia dan PT. Datascrip melalui CPMI 2017 adalah semacam ‘giving back to the community’. Dua hal yang mesti hidup demi keberlangsungan sebuah
ekosistem. Canon sebagai brand dan produsen mesti menjalin keakraban dengan pasarnya yakni komunitas dan individu pelaku fotografi. Keakraban yang nantinya akan membuat ekosistem fotografi di Indonesia tidak sekedar hidup namun memiliki daya saing di pasar Internasional.
Selamat buat peserta Canon PhotoMarathon Indonesia 2017. Sungguh luar biasa bisa diberi kesempatan melihat karya-karya para peserta.
Ada sebuah ungkapan yang pas untuk menggambarkan esensi dari CPMI2017 kemarin.
‘The biggest competition is myself. I am not looking to follow others or pull them down. I’m planning to test my own boundaries.’
Bukan orang lain namun dengan diri kita sendirilah kita mesti memacu diri untuk menguji seberapa jauh kita mampu berkarya dalam fotografi.
Viva La Vida Fotografi Indonesia….cheers
Untuk daftar lengkap pemenang, selengkapnya bisa dicek di sini:
https://www.instagram.com/canon.indonesia/