Mencari foto-foto terbaik dari 3500 foto yang diterima panitia bukanlah tugas yang mudah. Saya, Enny Nuraheni, Hariyanto, Agus Susanto, Bay Ismoyo, Ed Wray, dan Oscar Motuloh dengan isi kepala dan latar berbeda-beda, tak sekadar mencari visual yang menarik, tapi juga harus menemukan foto-foto dengan konten kuat.
Diskusi yang ‘panas’ namun konstruktif, diselingi adu argumen yang seru menjadi sesi menarik dalam proses penentuan pemenang. Foto kandidat pemenang pun dibahas dengan berbagai pertimbangan dari masing-masing juri. Mulai dari selera visual, proses pengambilan foto, momen hingga news value menjadi poin bahasan.
Tahun 2015 memang bukan tahun yang sepi berita. Peristiwa politik dan sosial, kecelakaan transportasi hingga kebakaran lahan di Sumatra dan Kalimantan hampir setiap hari menghiasi halaman depan surat kabar nasional. Foto-foto inilah yang kemudian mendominasi kontes foto Anugerah Pewarta Foto Indonesia (APFI) yang sudah berjalan untuk ke-6 kalinya.
Salah satu isu yang sempat hangat dibahas dewan juri adalah apakah konten dan faktor kedekatan sebuah peristiwa menjadi dominan dalam penentuan pemenang, dibandingkan dengan kekuatan visual? Seperti tahun-tahun sebelumnya, panitia juga menerima karya-karya fotojurnalistik yang dihasilkan fotografer indonesia di luar negeri. Ketika sebuah karya foto dengan visual kuat dan menarik, namun isu yang dibawa adalah sebuah isu global yang tidak terlalu dekat dengan publik lokal, maka kemudian akankah menjadi menarik di mata juri dan sesuai dengan kriteria sebagai pemenang? Jawabannya bisa dilihat dari foto-foto juara yang baru saja diumumkan. Hasil diskusi dewan juri tentu menjadi catatan penting bagi APFI untuk kemajuan dan perbaikan ke depan.
Sebagai sebuah kontes fotografi, APFI adalah salah satu yang paling ditunggu setiap tahunnya. Selain banyaknya jumlah peserta yang berpartisipasi, APFI juga selalu berhasil memilih foto-foto jurnalistik terbaik sebagai pemenang. tidak sekedar menampilkan gambar-gambar yang memanjakan mata, tapi juga menunjukkan kedalaman konten jurnalistik yang kuat. Walaupun masih banyak foto ‘kurang layak lomba’ diterima panitia, namun foto-foto berkualitas cukup banyak terlihat dalam kontes kali ini.
Tengoklah foto berjudul ‘Tinjau Titik Api’ karya Abriansyah Liberto, yang menampilkan sosok Presiden Jokowi didampingi dua pembantu utamanya, kapolri dan panglima TNI, menunjukkan ekspresi muram saat meninjau lokasi kebakaran lahan di Sumatra Selatan. Foto ini terpilih sebagai foto terbaik, selain karena kekuatan visualnya, juga pesan yang ingin disampaikan, bahwa kebakaran lahan yang terjadi nyaris setiap tahun akibat kelalaian dan rakusnya pihak-pihak tertentu, berdampak sangat besar bagi kehidupan warga. Bahkan menyesakkan dada warga negara tetangga. Sungguh sebuah hal yang memusingkan bahkan bagi tiga orang paling berpengaruh di negara ini.
Atau lihatlah foto ‘Gagal Resepsi’ yang menampilkan sepasang pengantin lengkap dengan pakaian adat, saat terpaksa mengungsi dari kediaman mereka yang terbakar. Mempelai perempuan dengan kebaya dan make-up yang masih melekat tampak lesu dalam gendongan seorang kerabat, sedangkan mempelai pria berjalan di belakang sambil memanggul barang yang tersisa. foto ini sangat dalam maknanya bagi saya dan sebagian juri yang lain. Seakan menunjukkan pahitnya hidup kaum pinggiran, bahkan di hari paling bahagia mereka. Foto karya Tahta Aidilla ini juga sempat dipilih sebagai calon kuat foto terbaik.
Foto story dengan pendekatan portrait ‘Mereka Yang Menerjang Angin’ karya Ramdani juga memberi warna lain, menjadi cara baru yang menarik dalam menyampaikan sebuah pesan. Lupakan foto-foto kepadatan lalu lintas pemudik lebaran, Ramdani menampilkan fenomena mudik lewat portrait para ‘pejuang’ bermotor lengkap dengan barang bawaannya. Para pemudik motor yang rela menerjang angin dan menantang bahaya atas nama silaturahmi.
Suara berat Ed Wray saat beradu argumen, diselingi petikan gitar Jack Johnson dari speaker portable yang selalu dibawa-bawa Oscar Motuloh menjadi pengantar terpilihnya foto-foto terbaik APFI 2016. Ketidakpuasan pasti tersisa, karena subyektifitas tidak pernah bisa ditiadakan. Namun kesepakatan para juri dengan berbagai referensi yang dimiliki diharapkan bisa menghasilkan pilihan terbaik.
Setiap foto berhak menjadi yang terbaik, tapi yang terpenting adalah ketika sebuah foto berhasil berbicara 1000kata dan menyampaikan sebuah makna.
Selamat untuk para pemenang. Bravo Pewarta Foto Indonesia!
Mast Irham,
(Anggota dewan juri APFI 2016, Co-founder 1000kata)
Selamat buat para pemenang! Great stuffs!
Bisa gak ya, nama penulis dicetak sebelum artikel?