Nurlaila bersandar di tembok dan mengatur nafasnya. Pagi itu, Sabtu 25 November 2023 dia bersama tiga rekan perempuannya membaur bersama 106 peserta photo walks berjalan menelurusi gang-gang kecil di Kotagede, Yogyakarta. Nurlaila menunjukkan tangannya ke arah ujung lorong. Dia seperti memberitahukan kepada peserta lain bahwa di tempat tersebut ada obyek foto yang menarik. Perempuan berparas manis yang mengenakan hijab itu memang telah berkali-kali mengunjung Kotagede dan memotret suasana di tempat tersebut. Meski demikian, selalu ada hal yang menarik ketika datang kembali ke Kotagede.
Matahari pagi menyapa saat mendung tipis bergeser. Semburat cahaya jatuh ke jendela kayu rumah warga. Peserta photo walks tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Mereka mengeluarkan kamera dan langsung membidik obyek tersebut. Tidak jauh dari tempat tersebut, seorang ibu paruh baya melongok di jendela untuk melihat kemeriahan di gang tempat tinggalnya. Beberapa peserta yang melihat sudut lokasi ibu menarik lalu meminta izin dengan sopan untuk memotret si ibu di jendela rumahnya. Dengan hangat, si ibu mempersilahkan peserta untuk memotretnya.
Pagi itu, para pencinta fotografi menikmati kehangatan warga Kotagede. Mereka memasuki ruang-ruang personal dan menjadi bagian dari warga. Sapa hangat, senyuman, dan obrolan yang renyah membuat para peserta photo walks seolah berada di kampung sendiri. Mereka merekam segala aktivitas warga dengan kamera yang mereka bawa. Kamera dslr, mirrorless, dan kamera smartphone menjadi media perekam suasana yang ada di Kotagede. Para penggemar fotografi tersebut sedang mengikuti rangkaian kegiatan “Photo Walks dan Photo Discussion” yang diselenggarakan oleh Xiaomi berkerjasama dengan 1000 Kata.
Para peserta mengekspolari kemampuan fotografi mereka dan merekam momen-momen intim interaksi warga. Selain itu, bangunan-bangunan lama serta tempat-tempat bersejarah di Kotagede juga tidak terlewatkan untuk diabadikan. Gang-gang di Kotagede yang membentuk labirin ini sangat menawan untuk dilintasi. Para peserta tidak khawatir tersesat karena selama perjalanan, mereka dipandu oleh Natsir, warga lokal yang dengan gembira mendamping peserta sembari menceritakan sejarah Kotagede. “Kotagede memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh tempat lain di Yogyakarta” tambah Natsir.
Kotagede adalah bekas pusat kerajaan Mataram dan hingga kini menyimpan sejarah kuno dan menjadikannya sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia. Kekhasanan suasana Kotagede telah menjadi magnet bagi wisatawan dan sejak dulu menjadi tujuan wajib ketika bertandang ke Yogyakarta. Di Kotagede, waktu serasa berjalan lambat dan kita bisa menyaksikan bahwa tradisi warga tidak akan pernah tergerus oleh perkembangan zaman.
Selain ribuan gang mengular seperti syaraf yang menyambungkan indera, sejumlah tempat bersejarah seperti Masjid Kotagede menjadi sasaran pemburu foto. Dalam photo walks ini, para peserta berkesempatan, secara bergantian, mencoba memotret dengan kamera Xiaomi 13T. Mereka penasaran dengan hasil foto dari kamera yang telah disematkan dengan teknologi pabrikan kamera legendaris Leica. Meski mereka harus berbagi, setiap kesempatan dalam menekan tombol foto di smartphone Xiaomi 13T telah memberikan pengalaman bagi mereka.
Cuaca di Kotagede pada waktu itu memang sedang bersahabat dengan para pemburu citra. Hingga pukul 10.30 WIB, saat para peserta kembali ke Omah Dhuwur, tempat yang menjadi titik kegiatan “Photo Walks dan Photo Discussion”, matahari tidak begitu terik bersinar sehingga mengurangi rasa lelah mereka setelah berjalan kaki lebih dari tiga kilometer. Hanya selama tiga jam perjalanan, mereka telah bertemu teman baru, mengenal warga Kotagede, dan memotret dengan gembira.
Bukankah itu sebuah hal yang menyenangkan?
Yuniadhi Agung, co-founder dan member 1000kata.