Oleh: Maulana Surya
Kuminta Lili, istriku membungkus kepalaku dengan tas kresek. Wajahnya menampakkan ekspresi penuh tanya seketika. Namun, tiada pilihan baginya, selain untuk menaati suami. Beberapa menit berlalu dengan kepala dibungkus tas kresek, nafasku mulai berat tak beraturan, pandangan berkunang-kunang, dan otakku berfikir tentang dosa-dosa juga kematian. Tetapi, Lili merasa tak tega melihatku. Dia membuka tas kresek dibalik wajahku dengan tergesa-gesa. Kemudian ia bertanya, “untuk apa kamu lakukan ini, mas?” Mulailah aku ungkapkan alasanku melakukan hal itu pada Lili. Semua karena Republik Kresek.
Hari Rabu (11/9/2019) siang, saya janjian dengan Pandji Vasco Da Gama, seorang fotografer di Kota Solo, untuk membahas rencananya berpameran foto tunggal Republik Kresek di Playground Leica, Jakarta, pada 5 Oktober 2019 sampai 24 Oktober 2019 nanti. Kami bertukar pikiran tentang Republik Kreseknya sambil menyeruput wedang teh jahe tawar dan pisang rebus di sebuah angkringan. Hingga ia memintaku untuk menulis catatan ini sebagai seorang teman cerita.
” Semua orang itu berteman, jika mereka telah ketemuan”. Begitulah sebuah pameo dari negeri China berbunyi. Tentu, tidak semua pembaca berteman dan pernah bertemu dengan Pandji Vasco Da Gama. Untuk memperkenalkannya, aku meminta Pandji untuk meringkas dan memperkenalkan dirinya dari Curiculum Vitae yang dia tulis sendiri. Karena tidak ada yang berhak menceritakan keadaan seseorang kecuali dirinya sendiri.
Pandji Vasco Da Gama belajar seni rupa di Institut Seni Indonesia (ISI) yogyakarta sejak 1995. Ia mulai berkenalan fotografi secara otodidak di tahun ketiga studinya. Pada 2002 telah aktif mengikuti sejumlah pameran foto bersama. Pandji terlibat dalam pembuatan buku Keraton Surakarta di tahun 2004. Setelahnya, Pandji berkerja secara profesional untuk pembuatan buku foto komersil hingga sekarang.
Pada 2012 membuka rumahnya untuk Art Space N11 Garasi studio, terlibat pada pameran dan pembuatan buku “Sinabung Kelud Calling” pada tahun 2014. Pandji telah membuat buku foto indie berjudul Amatir pada 2014 dan setahun sesudahnya meluncurkan buku foto Legiun yang ditandai dengan pameran foto tunggal dengan judul yang sama. Bersama Maulana Surya dan Yudi Sastroredjo menggelar aksi sosial lewat penjualan karya foto dalam bentuk kartu pos ‘Rasakan Rasanya’, untuk korban asap di Kalimantan pada 2016.
Pandji juga terus berkolaborasi karya dengan beberapa seniman kontemporer melalui pergaulan seninya, diantaranya Koreografer, Sardono W kusumo, Maestron Gamelan, Rahayu Supanggah dan Pesinden, Peni Candra Rini.
Kini, Pandji tengah mempersiapkan pameran tunggal fotografi berjudul Republik Kresek di Playground Leica, Jakarta, yang akan dibuka pada 5 Oktober 2019.
Republik Kresek pada mulanya dibangun Pandji Vasco Da Gama dari tayangan TV Channel berlangganan, yang menayangkan fenomena sampah plastik di lautan lepas. Sebuah imaji visual tentang hewan-hewan penghuni lautan yang terkepung sampah plastik di tayangan itu, mengusik pikiran Pandji. Ia pun menggali informasi lewat artikel berita, buku, internet, dan kelompok-kelompok seni tempatnya bergaul, tentang perilaku manusia dan sampah plastik terhadap bumi. Segeralah ia mengumpulkan kegelisahannya untuk membangun Republik Kresek.
Pandji merepresentasikan Republik Kreseknya dengan pendekatan fotografi. Sebagaimana pengertian republik dari beberapa literatur, ia ingin membentuk sebuah negara dengan pemerintahan yang berdaulat, dimana para penghuninya peduli terhadap lingkungan. Subyek foto Pandji di Republik Kresek adalah orang-orang yang ia jumpai spontan, juga mereka yang berteman dengannya dalam aktivitas keseharian. Pandji menghadirkan potret mereka dengan wajah tertutup plastik.
Respon mereka setelah wajah tertutup kresek ditulis Pandji sebagai pesan komunikasi, sekaligus simbol ajakan kepada pemandang foto, agar merasakan langsung bahwa kehidupannya telah terteror plastik. Ia berkampanye sederhana dengan menghadirkan foto fine art dari perilaku orang-orang di sekitarnya. Dimulai dari hubungan keluarga, interaksi dengan pasangan atau pertemanan, dunia anak anak, hingga kelompok seni. Mereka semua tak dapat terlepas mutlak dari konsumsi sampah kresek.
Akhirnya kita sadari bahwa memang telah banyak aksi untuk mengkampanyekan bahaya sampah plastik. Kampanye anti sampah plastik dengan riset berbiaya besar. Atau peliputan perjalanan dengan usaha ekstra besar untuk melawan rusaknya lingkungan akibat kresek, baik yang didanai pemerintahan atau organisasi-organisasi besar di bidang lingkungan. Kampanye-kampanye mulia itu bertujuan sama, yaitu untuk menyelamatkan daratan hingga lautan bumi dari sampah plastik.
Aku berulang kali bertanya apa tujuan Pandji Vasco Da Gama dengan foto-foto Republik Kreseknya ini.
“Foto-foto (republik kresek) ini usaha yang saya bisa lakukan untuk mengingatkan orang-orang di sekitar saya, agar membuang sampah pada tempatnya. Memaksa mereka untuk anti plastik bagi saya itu mustahil. Pameran ini juga tidak ada muatan industri, tidak ada jualan produk-produk anti plastik. Silahkan datang ke pameran Republik Kresek pada 5 Oktober 2019 di Playground Leica, Jakarta”, kata Pandji Vasco Da Gama.
Penulis: Maulana Surya
Stringer AntaraFOTO di Kota Solo