Foto selalu menjadi penutur yang jujur. Itu pula yang tidak terbantahkan dari foto-foto yang menjawarai World Press Photo 2019. Adalah karya fotografer Getty Images, John Moore, yang tahun ini berhasil memperoleh penghargaan prestisius World Press Photo Of The Year. Foto bidikannya menyisihkan 78.801 foto yang diajukan 4.738 fotografer dari 25 negara.
Foto Moore yang berjudul “Crying Girl on the Border” diabadikan pada suatu malam di medio Juni 2018. Dengan kameranya, ia membingkai tangisan seorang bocah di hadapan petugas perbatasan AS-Meksiko yang tengah memeriksa ibunya. “Saya pikir foto ini menyentuh hati banyak orang seperti yang saya rasakan karena memanusiakan cerita yang lebih besar” ujar Moore.
Foto Moore berkisah saat seorang ibu asal Honduras bernama Sandra Sanchez dan putrinya, Yanela, dipisahkan saat mereka sedang mencoba melintasi perbatasan AS-Meksiko. Moore mengatakan, dia melihat Sandra Sanchez diperiksa dan digeledah, sementara Yanela ketakutan lalu mengangis. “Saya berlutut dan mengambil sejumlah foto sebelum semuanya berakhir,” lanjut pria yang telah meliput di area perbatasan AS-Meksiko selama satu dekade terakhir tersebut.
Pada malam penghargaan di Amsterdam, Kamis (11/4) waktu setempat, Moore mengatakan dirinya ingin dapat menceritakan kisah yang berbeda. “Bagi saya itu adalah kesempatan untuk menunjukkan pandangan kemanusiaan yang seringkali hanya terkait dalam statistik,” ujar fotografer yang kini berusia 51 tahun itu.
Bagi banyak orang, foto “Crying Girl on the Border” menunjukkan kekejaman kebijakan zero tolerance Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap para migran. Kebijakan yang telah menyebabkan 2.300 anak dipisahkan dari ibu dan ayah mereka itu diperkenalkan sejak 7 Mei tahun lalu. Kecaman yang disuarakan di seluruh dunia membuat Trump melunak, dan menandatangani perintah eksekutif yang berjanji tidak akan memisahkan migran anak dari orangtua mereka.
Penghargaan World Press Photo yang telah digelar sejak 1955, pada tahun ini, untuk pertama kalinya memberikan penghargaan kategori World Press Photo Story of the Year. Fotografer asal Belanda-Swedia, Pieter Ten Hoopen, terpilih untuk titel anyar tersebut dengan cerita fotonya yang berjudul “The Migrant Caravan”. Rangkaian fotonya tersebut berkisah tentang ribuan migran Honduras yang berjalan kaki atau menggunakan karavan, pergi meninggalkan negaranya menuju Amerika Serikat.
Di luar dua momentum tersebut, World Press Photo 2019 mampu menyuguhkan foto-foto apik berbau ironi. Misalnya, foto berjudul “Dakar Fashion”, yang diabadikan Finbarr O’Reilly dan memenangkan kategori potrait tunggal. Foto O’Reilly itu menggambarkan tiga orang model yang berpose di antara warga setempat yang penasaran, di sebuah kawasan pemukiman di Dakar, Senegal.
Sementara itu, pada kategori olahraga tunggal, fotografer John T Pedersen menjadi kampiun dengan foto “Boxing in Katanga”, yang berkisah tentang klub tinju di sebuah pemukiman kumuh besar di Kampala, Uganda.
Adapun pada kategori pada kategori news tunggal, foto Chris McGrath menyabet juara pertama lewat “The Disappearance of Jamal Khashoggi”. Fotonya berkisah tentang seorang pria tak dikenal yang berusaha menahan pers ketika para penyelidik Saudi tiba di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, di tengah meningkatnya reaksi internasional terhadap menghilangnya jurnalis Jamal Khashoggi.
Beragam imaji pada World Press Photo 2019 mengukuhkan betapa kaya corak kehidupan. Begitu banyak cerita duka, kemarahan, pun kenestapaan. Namun, tak hilang pula cerita kegembiraan, kebahagiaan pun kejayaan. Mengabadikan berbagai cerita kehidupan itulah yang dilakukan para pewarta foto. Lewat bidikan mereka, kita dapat memandang dunia dengan lebih nyata, dengan berbagai ronanya. (Sumaryanto Bronto)
Untuk menyimak foto-foto yang tak kalah hebat lainnya dapat disimak pada tautan berikut: https://www.worldpressphoto.org/collection/photocontest/winners/2019