Foto hitam putih yang grainy dan terlihat blur, menggambarkan seorang imigran menjulurkan seorang bayi di bawah kawat berduri untuk menyeberangi perbatasan Serbia menuju Hungaria karya fotografer freelance asal Australia Warren Richardson, menjadi pemenang ‘World Press Photo of The Year’ tahun ini. Foto dengan komposisi sederhana yang menunjukkan perjuangan para imigran untuk mendapatkan kehidupan lebih baik.
Kerja keras dan usaha Richardson ‘kucing-kucingan’ dengan polisi perbatasan untuk mendapatkan foto tersebut berbuah manis. Foto yang diambilnya sekitar jam 3 pagi hanya dengan bantuan sinar bulan ini berhasil menjadi yang terbaik dari total 82.951 foto yang diterima World Press Photo dari 5775 fotografer.
Foto karya Warren yang juga mendapatkan penghargaan pertama dalam katagori spot news ini adalah sebuah visual yang sangat kuat menggambarkan krisis kemanusiaan terbesar sepanjang tahun 2015. Jutaan manusia terusir dari negaranya dan berusaha mencari kehidupan di benua Eropa, walaupun terkadang taruhannya nyawa.
“Kita melihat ribuan foto migran dan perjalanannya, tapi foto ini sangat melekat di mata saya, foto ini membuat saya berhenti dan mengamati detail muka sang imigran, ketajaman kawat berduri dan tangan yang meraih dari kegelapan, ini bukanlah penggambaran sebuah akhir, ini merupakan awal dari perjalanan panjang. Bagi saya foto ini layak sebagai photo of the year”. Ujar Vaughn Wallace, deputy photo editor Al Jazeera Amerika, salah seorang juri. Foto peristiwa migrasi para pengungsi menuju Eropa juga hadir sangat kuat lewat karya-karya Sergey Ponomarev dari New York Times yang memenangi katagori General News untuk photo stories.
Seperti tahun-tahun sebelumnya foto-foto pemenang WPP selalu memancing diskusi. Mulai dari standar etika, olah digital hingga diskualifikasi pemenang. Kali ini terjadi penarikan foto pemenang dari keikutsertaan lomba oleh kantor berita Associated Press (AP). Foto pemenang ketiga photo story katagori People karya Daniel Ochoa de Olza yang menampilkan foto korban serangan teror Paris terpaksa ditarik dari keikutsertaannya. Foto-foto tersebut dikatakan tidak pernah didistribusikan oleh AP dan ditarik karena kesalahan pengiriman. Seperti juga kantor berita dan media internasional lain, AP mempunyai prosedur ketat dalam keikutsertaan foto-foto mereka dalam sebuah kontes fotografi.
Pihak World Press Photo memutuskan, memberikan posisi pemenang ketiga untuk katagori ini kepada Magnus Wennman untuk karyanya yang berjudul “Where the Children Sleep,” yang menggambarkan kehidupan anak-anak pengungsi.
Foto-foto peristiwa dalam kontes foto semacam World Press Photo ini memang selalu mengundang diskusi bahkan perdebatan, bagaimana sebuah foto tentang sebuah kejadian yang menyedihkan menjadi lebih baik dibandingkan sebuah foto dari peristiwa lain yang sama menyedihkannya. Tapi terlepas dari hal itu, kekuatan sebuah visual dalam mempengaruhi dan bahkan mengubah dunia memang tidak dapat dipungkiri. Karena foto berbicara 1000kata.
Pemenang World Press Photo 2016: http://www.worldpressphoto.org/collection/photo/2016
Bergabung dengan European Pressphoto Agency sejak 2004. Selama lebih dari 10 tahun berkarya sebagai pewarta foto,meliput berbagai peristiwa dalam dan luar negeri, saat ini bekerja sebagai EPA Chief Photographer untuk Indonesia. Co-founder 1000Kata.
Twitter dan Instagram: @mastirham