La chasse au bonheur. Mengejar kebahagiaan, kata orang Perancis.
Maka berbondong-bondong lah manusia dari berbagai belahan dunia ke sebuah pulau yang konon menawarkan kebahagiaan dari pesona pasir putih, Gili Trawangan.
Gili Trawangan yang terletak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, adalah sebuah destinasi hiburan. Manusia membutuhkan hiburan. Siapa yang tidak mau terhibur dengan hidangan alam yang menakjubkan di Gili Trawangan?
Tapi, apakah semua manusia terhibur dengan eksotisme “surga” kecil itu? Atau mereka hanyalah sekelompok mahluk resah yang gelisah terhadap hidup?
Pantai, angin, bir, dan ombak adalah sebuah partikel akrab di Gili. “No Cars”, “No motorbikes”, “No worries” adalah aturannya. Tidak ada polusi dan tanpa masalah.
Namun, di balik euforia kebahagiaan di pulau tenang seluas 360 hektar itu, terdapat sudut-sudut suram dan tempat pelarian yang tidak bisa disembunyikan. Itu menjadi sebuah anomali bagi Gili Trawangan.
Di sudut tersebut, mereka muram, tidak berpesta, dan memilih terpaku sendiri di pinggir pantai atau bersepeda sendirian. Mereka memilih menyatu bersama semesta tanpa pesta di barisan kafe yang cukup menggoda.
Gili Trawangan adalah Surga. Surga adalah misteri. Dan manusia-manusia muram itu sepertinya menganggap misteri hanyalah sebuah dongeng sebelum tidur. (Teks dan foto-foto: Fernando Randy)
Fernando Randy, menikmati fotografi sejak ayahnya mengajak berkeliling dengan kapal pesiar. Kuliah di Institut Kesenian Jakarta hingga akhirnya meneruskan workshop di Galeri Foto Jurnalistik Antara pada 2011. Tersadar akan betapa pentingnya peran fotografi dalam hidupnya ketika ikut terpilih pada Permata Photo Journalist Grant 2012. “Bagi saya, fotografi adalah hidup saya, tapi Teater adalah Segalanya” .
Wuiihh… Dalem banget Ndo. Hitam putih bikin dramatis. TOP.
Bro Nando, keren banget foto dan goresan kata bertuturnya. Bahasanya surgawi banget ngebuat ge berada di Gili dengan segenggam Bir di tangan. Salam,